PEKANBARU, THILASIA.ID- Di tengah riuh rendah persidangan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Pekanbaru, kisah getir seorang supir menyeruak, bagai dongeng kelam yang diwariskan dari generasi ke generasi tentang penguasa yang lalim. Supir malang itu, yang seharusnya hanya menjalankan tugas keseharian, kini dipaksa menanggung beban dosa yang bukan miliknya.
Dua orang saksi berdiri di hadapan majelis hakim, dengan suara bergetar mereka mengungkap bahwa proyek itu berasal dari Pokok Pikiran (Pokir) seorang anggota DPRD Pekanbaru, dari Fraksi PAN, bernama Roni Pasla. Namun, anehnya, dalam putusan hakim tak ada satu pun jejak yang mengaitkan langsung sang wakil rakyat.
Seperti dalam kisah lama tentang kerajaan-kerajaan yang menumbalkan rakyat jelata demi menyelamatkan bangsawan, realita hari ini pun menyajikan adegan serupa: supir sederhana harus rela menerima vonis, sementara bayang-bayang kekuasaan masih melenggang bebas di jalanan kota.
Sementara itu, kabar dari kejauhan membawa harapan: Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru tengah membuka lembaran baru penyelidikan terhadap oknum DPRD tersebut. Rakyat yang hadir di persidangan berbisik, mendesak, dan berharap agar keadilan tak berhenti pada tumbal semata.
“Jangan hanya mengorbankan orang Diskominfo saja, termasuk supir yang seharusnya tidak menjadi tumbal hingga divonis di pengadilan. Kasus ini harus dibongkar sampai ke akar-akarnya,” ujar seorang perwakilan masyarakat, bak suara rakyat kecil yang sering terhimpit oleh dinding kekuasaan.
Di tengah kegelisahan itu, muncul suara lantang dari seorang tokoh yang dijuluki Sang Raja Aktivis Riau, Cep Permana Galih. Namanya bergema di setiap sudut Pekanbaru, gerakannya ditakuti para koruptor sebagaimana rakyat dahulu takut pada dentuman genderang perang.
“Sejarah berulang. Di masa lalu, rakyat kecil ditumbalkan demi menyelamatkan para penguasa. Hari ini, kita saksikan lagi kisah yang sama. Tapi dengarlah: kami para aktivis tidak akan tinggal diam. Supir itu hanyalah korban. Aktor utama harus diseret ke muka hukum. Jika aparat tak berani, maka gelombang perlawanan kami akan menjadi badai yang tak terbendung,” tegas Cep Permana Galih, dengan sorot mata yang menyala bagai api di tengah malam gelap.
Masyarakat pun menanti, apakah langkah Kajari Kota Pekanbaru mampu menjadi pelita yang menyingkap tirai kegelapan ini. Sebab keadilan sejati, sebagaimana dalam kisah-kisah kuno, hanya akan terwujud ketika dalang di balik layar benar-benar terungkap, bukan ketika rakyat kecil saja yang menanggung kutukan zaman.